Petani Saguling Panen Perdana Padi Cikawasen, Produktivitas Tembus 8 Ton per Hektare

CIAMIS, — Mentari belum tinggi ketika para petani berkumpul di Blok Sawah Dusun Desa dan Dusun Saguling Kolot, Desa Saguling, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis. Di tengah hamparan padi yang menguning sempurna, wajah-wajah mereka memancarkan kebahagiaan. Rabu pagi (6/8/2025) itu, mereka memulai panen perdana varietas padi lokal unggulan Cikawasen.

Lima hektare sawah yang dulunya biasa saja, kini menjadi simbol kebangkitan. Panen kali ini bukan sekadar rutinitas musim tanam—ia adalah bukti bahwa kerja kolaboratif, pendekatan ilmiah, dan pelestarian budaya lokal bisa menghasilkan perubahan nyata bagi petani desa.

Program ini merupakan bagian dari Farm Field Day, hasil sinergi antara Agrinas Provinsi Jawa Barat, PT ELFARM, komunitas Petani Merdeka, serta didukung penuh oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Ciamis. Dua kelompok tani, Pusaka Tani 2 dan Sutra Bungur, menjadi motor utama di lapangan.

Tidak seperti biasanya, metode yang diterapkan kali ini menggabungkan warisan pertanian lokal dengan teknologi modern. Petani dilatih menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat, dengan pendampingan langsung dari tim Pengawas Benih Tanaman (PBT) Provinsi Jawa Barat.

Di sela-sela suara sabit yang mengiris batang padi, Engkon Turkona, Ketua Kelompok Tani Sutra Bungur, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.

“Kami seperti terlahir kembali. Pendampingan yang konsisten dan cara bertani yang tertib membuat hasil panen kami jauh lebih baik. Ini bukan cuma soal hasil, tapi tentang harapan,” tuturnya dengan mata berkaca.

Sebelumnya, hasil panen rata-rata di kawasan itu berada di angka 5,4 ton per hektare Gabah Kering Giling (GKG). Namun kini, angka itu melonjak drastis menjadi 8 ton per hektare, berkat varietas Cikawasen, yang merupakan plasma nutfah asli Kabupaten Ciamis. Varietas ini telah diakui secara resmi melalui SK No. 381/HK/540/C/02/2022.

Langit Saguling pagi itu cerah, seperti ikut merayakan keberhasilan petani. Bagi Perdiansyah, dari tim PBT Jawa Barat, panen ini adalah bukti bahwa pertanian tidak bisa lagi dijalankan secara konvensional semata.

“Tantangan ketahanan pangan ke depan tidak mudah. Kita harus berani berkolaborasi dan mengadopsi ilmu pengetahuan tanpa meninggalkan akar budaya petani kita,” ucapnya sambil mengamati hasil panen yang tertumpuk rapi di pinggir sawah.

Kepala DPKP Ciamis, Ape Ruswandana, juga hadir menyaksikan langsung panen ini. Menurutnya, panen perdana Cikawasen akan menjadi momentum penting untuk perluasan program.

“Kami optimistis, Cikawasen bisa menjadi varietas unggulan nasional. Ini adalah bukti bahwa dari desa, kita bisa memulai revolusi perbenihan yang mandiri dan berkelanjutan,” katanya.

Program ini tak hanya berorientasi pada hasil. Melalui skema Kegiatan Usaha Produktif (KUP), petani didorong untuk bertani dengan cara yang sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Penggunaan pestisida organik dan pelestarian budaya lokal menjadi kunci utama pendekatan ini.

Sejak tahun 2022, Pemkab Ciamis memang telah mencanangkan Cikawasen sebagai simbol kedaulatan pangan daerah. Kini, dengan keberhasilan panen perdana ini, harapan itu tak lagi sebatas wacana.

Di bawah terik matahari yang mulai meninggi, para petani memanggul hasil panennya dengan senyum. Mereka tahu, hari ini bukan hanya tentang panen padi, tetapi tentang panen harapan yang ditanam dengan kerja keras, kolaborasi, dan keyakinan bahwa dari tanah yang sama, mereka bisa tumbuh lebih baik.