Beranda - Sohidin Heryanto, Petani Asal Kecamatan Pamarican Mendapat Penghargaan Dari Menteri Pertanian Sebagai Petani Berprestasi
Artikel

Sohidin Heryanto, Petani Asal Kecamatan Pamarican Mendapat Penghargaan Dari Menteri Pertanian Sebagai Petani Berprestasi

JAKARTA – Kementerian Pertanian pada tanggal 28-30 Agustus 2022 menggelar Saresehan Petani Milenial dan Penyuluh Pertanian sekaligus penyerahan Piagam Penghargaan bagi Penyuluh Pertanian ASN (PNS, PPPK), Tenaga Harial Lepas  Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP), Penyuluh Pertanian Swadaya Teladan, Petani Teladan,  Gapoktan Berprestasi, Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) Berprestasi, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Berprestasi, BPP Konstratani Terbaik dan Juara Pembuatan Video Penyuluhan Pertanian dalam rangka Kemerdekaan RI HUT ke 77, bertempat di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta Selatan

Sohidin Heryanto, petani asal Desa Bangunsari Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, turut hadir menerima penghargaan sebagai “Petani Berprestasi” dari Menteri Pertanian. Sohidin Heryanto, akrab disapa Pak Sohid, merupakan salah satu petani penggiat padi  organik di Kabupaten Ciamis. Tidak hanya memproduksi beras organik kemasan,  Pak Sohid juga memproduksi Nasi Liwet Organik Instan dan Jamu Sehat Tanaman (JST) untuk setiap fase pertumbuhan tanaman padi.

“Tidak ada hal yang kebetulan didunia ini, semuanya sudah menjadi kehendak Alloh yang maha kuasa begitu juga dengan jalan hidup saya sejak lulus STM jurusan bangunan gedung tahun 1998 saya sempat merantau ke Malaysia bahkan sampai juga ke negeri sakura Jepang dan pulang ke Ciamis pada tahun 2005” papar Pak Sohid.

Berbagai jenis usaha pernah digeluti Pak Sohid, dari membuka toko kelontongan, alat listrik, kerja dilembaga keuangan dan akhirnya sekarang terjun jadi petani. Pak Sohid merasa bahwa pekerjaan sebagai petani adalah pekerjaan yang sangat mulia namun sering dipandang sebelah mata terutama di kalangan milenial. Pekerjaan sebagai petani dianggap kurang menjanjikan secara materi, padahal di balik itu semua ada rahasia besar yang baru akan diketahui ketika kita telah benar benar menekuninya.

Pada awal menjadi petani, Pak Sohid hanya mampu memproduksi padi rata-rata 5 s/d 7 ton per Ha. Produktivitas tersebut masih jauh dari potensi hasil produksi yaitu rata-rata 8 ton per Ha untuk varietas inbrida dan 10 ton per Ha untuk hibrida. Pak Sohid  meyakini bahwa apabila petani mampu mencapai atau bahkan melebihi dari potensi hasil produksi maka petani akan mendapat tambahan penghasilan yang cukup tinggi.

Namun di sisi lain, Pak Sohid menyadari bahwa ada hal yang sangat menghawatirkan dengan kondisi lahan pertanian kita saat ini. Penggunaan bahan kimia sintetis sudah sangat membuat bumi kita rusak. hal itu tidak bisa dibiarkan dan harus segera diperbaiki. Berawal dari pemikiran tersebut, Pak Sohid mulai menekuni pertanian organik. Pak Sohid meyakini bahwa “Walaupun hanya hal kecil yang dapat saya perbuat,  minimal saya punya andil untuk menyelamatkan bumi, karena disitulah kita berpijak, dan saya berharap kesejahteraan petani juga bisa meningkat”

Sejak saat itu, Pak Sohid melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi padi. “Teknologi budidaya yang saya pakai adalah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan kebiasaan petani, tetapi tidak merubah prinsip dari PTT. Seperti pada tanam jajar legowo, salah satu konsep PTT adalah perbanyakan jumlah rumpun dengan cara menyisipkan tanaman diantara jarak tanam yang normal sehingga meskipun terlihat ada baris yang kosong tetapi sebenarnya hanya jumlah rumpun bertambah. Cara seperti ini ternyata setelah dipraktekkan hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata, tetapi justru menyulitkan tenaga tanam dan menambah biaya. Modifikasi yang dilakukan adalah memperpendek jarak tanam dari yang biasa dilakukan petani tetapi tanamnya jajar legowo 2 tanpa sisipan” papar Pak Sohid.

Meskipun hasil produksi padi Pak Sohid mulai menunjukkan peningkatan namun biaya produksinya juga turut meningkat, karena ia mulai menggunakan berbagai jenis pupuk organik baru dengan biaya yang cukup mahal. Sementara di sisi lain harga gabah cenderung tidak mengalami kenaikan. Pak Sohid belum menemukan pasar yang siap menampung padi organik dengan harga yang lebih tinggi.

Pada tahun 2018, tantangan pemasaran padi organik yang dialami Pak Sohid menemukan titik terang. Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Bangunsari, Kecamatan Pamarican mulai beroperasi, salah satunya bergerak di bidang pertanian. Pak Sohid berhasil mendorong BUMDES berkomitmen membeli padi organik yang ditanam oleh petani asal sesuai dengan SOP yang diterapkan dengan harga Rp. 200.000,- per kuintal, lebih mahal dari harga pasaran padi konvensional.

Upaya Pak Sohid ternyata tidak cukup sampai di situ. Ia juga terus berupaya menjalin kerjasama dengan pihak swasta dalam hal ini Prof. Ahmad Syawaludin sebagai CEO PT. Bengkel Bumi. Pak Sohid berharap petani dapat lebih mandiri, petani tidak bergantung kepada siapapun karna dari hulu sampai hilir bisa diproduksi sendiri dan yang paling penting mereka konsisten untuk menyelamatkan bumi dan mensejahterakan petani.

Seiring perjalanan waktu, teknik budidaya para petani di Desa  Bangunsari semakin baik. Sebagian besar petani menggunakan varietas tanaman padi yang sudah terbukti sesuai dengan kondisi wilayah, dapat dibudayakan dengan pola tanam organik, terasa nyata hasilnya, mulai dari peningkatan produksi, mengurangi biaya produksi yang berimbas kepada meningkatnya kesejahteraan petani.

Pak Sohid saat ini tergabung di dalam kelompok Tani Parikesit, yang juga bergerak di padi organik. Ia dipercaya sebagai pengurus Unit Pemasaran. Pak Sohid memasarkan beras organik kemasan kepada beberapa pegawai di Kabupaten Ciamis, seperti Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Bappeda dan Kodim 0613 Ciamis. Pasar lokal termasuk di Jakarta dan Bandung, sesekali ke Riau juga turut dijajal oleh Pak Sohid. Berkat kerja keras dan kegigihan ketua, pengurus dan anggota kelompoknya, pada tanggal 25 Oktober 2021, Kelompok Tani Parikesit, Desa Bangunsari, Kecamatan Pamarican telah berhasil mendapatkan“Sertifikat Pertanian Organik” dari INOFICE. Hal inilah yang kemudian membuat pengusaha supermarket di Kota Banjar melirik untuk bekerjasama dengannya, yaitu TOSAMA (Toko Sayur Mayur) Kota Banjar dan Toserba Pajajaran.

Selain beras organik segar, Pak Sohid bersama dengan pengurus Kelompok Tani Parikesit juga membuat produk lain yaitu Nasi Liwet Instan sebagai turunan dari beras organik tersebut. Bahan-bahan segar dan organik membuat produk ini mempunyai cita rasa dan kualitas yang terjamin. Nasi Liwet Instan ini telah dipasarkan lumayan luas juga namun masih terbatas kuantitasnya, diantaranya di TOSAMA (Toko Sayur Mayur) Kota Banjar, Toserba Pajajaran, BUMDesa Seneng Usaha Bangunsari, outlet BUMN Shop di PT. Mitra Desa Pamarican (MDP), mengikuti event-event pameran dan juga melayani pesanan-pesanan lainnya.

Produk lain yang telah diproduksi oleh Pak Sohid dan Kelompok Tani Parikesit yaitu Jamu Sehat Tanaman (JST). JST adalah nutrisi organik cair untuk tanaman padi pada tiap fase pertumbuhannya juga pestisida nabati. JST ini dibuat dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita. Selain untuk digunakan di lingkup kelompok, JST ini juga dijual untuk petani-petani di luar anggota yang berminat.

Pak Sohid menyadari bahwa keberhasilannya saat ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak, antara lain Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis, melalui Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pamarican yang secara konsisten melakukan penyuluhan dan pendampingan untuk meningkatkan produksi padi organik, Pemerintah Desa Bangunsari serta BUMDES yang selalu berupaya menjamin harga padi organik yang dihasilkannya. “Saya menghaturkan banyak terima kasih kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis, Desa Bangunsari, para anggota kelompok tani dan para petugas pertanian yang telah banyak membantu aktivitas saya selama ini, juga teman teman yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang tidak dapat saya balas dengan apapun” ucap Pak Sohid.

Pak Sohid merupakan sosok petani yang mampu mematahkan anggapan bahwa petani itu identik dengan kemiskinan dan kebodohan. “Saat ini sudah banyak petani yang berlatar belakang pendidikan sarjana dan hidup berkecukupan. Petani yang miskin dan bodoh adalah petani yang malas, tidak mau belajar, terbelenggu oleh tradisi yang kurang tepat dan tidak mau berupaya menolong dirinya sendiri dan pasrah kepada keadaan sehingga merasa sudah nasibnya. Usaha di bidang pertanian adalah usaha yang sangat mulia dan menyenangkan karena mengandung unsur ibadah dan menjanjikan untuk dapat hidup layak. Fasilitas yang diberikan pemerintah sudah cukup memadai, tinggal petaninya mau atau tidak memanfaatkan fasilitas yang ada” pungkas Pak Sohid.

Loading poll ...
Coming Soon
Apakah anda puas dengan pelayanan kami ?
Apakah anda puas dengan pelayanan kami ?

×

Selamat Datang di DPKP Kabupaten Ciamis

× Helpdesk